Persyaratan Kinetik Reaksi
Kinetika
kimia adalah bahagian ilmu kimia fisika yang mempelajari laju reaksi
kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penjelasan hubungannya
terhadap mekanisme reaksi. Reaksi
yang dapat berlangsung tidak hanya karena menpunyai ΔG negatif. ΔG yang
negatif memang suatu hal yang penting tapi bukan suatu persyaratan yang
cukup untuk berlangsungnya suatu reaksi secara spontan. Sebagai contoh,
reaksi antara H2 dengan O2 untuk menghasilkan H2O mempunyai ΔG negatif, tapi campuran H2 dan O2 dapat disimpan pada suhu kamar selama berabad-abad tanpa adanya reaksi yang berarti.
Untuk terjadinya reaksi maka variabel energi bebas aktivasi ΔG‡
harus ditambahkan. Situasi ini diilustrasikan dalam Gambar 1. yang
merupakan profil energi untuk reaksi satu tahap tanpa spesies antara.
Dalam gambar seperti ini, absis menandai kemajuan reaksi. ΔGf‡ adalah energi bebas aktivasi untuk reaksi maju. Jika
reaksi antara dua molekul atau lebih telah maju ke titik yang berkaitan
dengan puncak kurva maka digunakan istilah keadaan transisi untuk
posisi inti dan elektron spesies yang ada pada keadaan ini. Keadaan
transisi memiliki geometri yang terbatas dan distribusi muatan tapi
tidak memiliki keberadaan yang terbatas. Sistem pada titik ini disebut kompleks teraktivasi.
Kontrol Kinetik dan Kontrol Termodinamik
Ada
banyak hal dalam mana suatu senyawa di bawah kondisi reaksi yang
diberikan dapat mengalami reaksi kompetisi menghasilkan produk yang
berbeda.
Gambar
tersebut memperlihatkan profil energi-bebas untuk suatu reaksi dalam
mana B lebih stabil secara termodinamika daripada C (ΔG lebih rendah),
tapi C terbentuk lebih cepat (ΔG‡ lebih rendah). Jika tidak
ada satupun reaksi yang revesibel maka C akan terbentuk lebih banyak
karena terbentuk lebih cepat. Produk tersebut dikatakan terkontrol
secara kinetik (kinetically controlled). Akan tetapi, jika reaksi adalah
reversibel maka hal tersebut tidak menjadi penting. Jika proses
dihentikan sebelum kesetimbangan tercapai maka reaksi akan dikontrol
oleh kinetik karena akan lebih banyak diperoleh produk yang cepat
terbentuk. Akan tetapi jika reaksi dibiarkan sampai mendekati
kesetimbangan maka produk yang akan dominan adalah B. Di bawah kondisi
tersebut, C yang mula-mula terbentuk akan kembali ke A, sementara B yang
lebih stabil tidak berkurang banyak. Maka dikatakan bahwa produk
terkontrol secara termodinamik (thermodynamically controlled).
Kemoselektivitas
dan Regioselektivitas
Dalam
reaksi dikenal istilah kemoselektivitas dan regioselektivitas. Kedua
selektivitas tersebut dapat dikontrol dengan cara kinetika dan termodinamika.
Kemoselektivitas adalah memilih untuk dapat mereaksikan salah satu gugus
fungsional dari dua gugus yang berada pada satu molekul.
Contoh
pada senyawa karbonil, yang bisa berperan sebagai nukleofil (sebagai enolat)
dan juga elektrofil.
Regioselektivitas
adalah memilih untuk dapat mereaksikan salah satu dari gugus fungsional yang
sama pada satu molekul. Contoh keton asimetris, yang memiliki dua atom C alfa
yang bisa berperan sebagai nukleofil.
Beberapa reaksi kimia mempunyai kemampuan untuk menghasilkan lebih dari satu
produk. Jumlah relatif dari produk yang dihasilkan lebih sering tergantung pada kondisi
reaksi saat reaksi berlangsung. Perubahan pada jumlah reaktan, waktu, temperatur, dan
kondisi yang lain dapat memperngaruhi distribusi pembentukan produk dari reaksi
kimia tersebut.
Alasannya dapat dimengerti dari dua konsep penting yaitu:
1. Stabilitas relatif secara termodinamik dari produk yang dihasilkan.
2. Kecepatan relatif secara kinetik pada saat produk terbentuk.
Kinetika berkaitan kecepatan reaksi, termodinamika berkaitan dengan stabilitas
intermediet atau produk yang terjadi.
Persyaratan Termodinamik untuk Reaksi
Subyek
yang sangat penting dalam termodinamika adalah keadaan kesetimbangan,
maka termodinamika adalah metoda yang sangat penting untuk mejajaki
keadaan kesetimbangan suatu reaksi kimia.
Untuk
terjadinya reaksi secara spontan, energi bebas produk harus lebih
rendah daripada energi bebas reaktan, yakni ΔG harus negatif. Reaksi
dapat saja berlangsung melalui jalan lain, tapi tentu saja hanya jika
energi bebas ditambahkan. Energi bebas terbuat dari dua komponen yaitu
entalpi H dan entropi S. Kuantitas tersebut dihubungkan dengan
persamaan:
ΔG = ΔH – TΔS
Perubahan
entalpi dalam suatu reaksi terutama adalah perbedaan energi ikat
(meliputi energi resonansi, tegangan, dan solvasi) antara reaktan dengan
produk. Perubahan entalpi dapat dihitung dengan menjumlahkan semua
energi ikatan yang putus, kemudian dikurangi dengan jumlah energi semua
ikatan yang terbentuk, dan ditambahkan dengan perubahan energi
resonansi, tegangan, atau energi solvasi. Perubahan
entropi menyatakan ketidak teraturan atau kebebasan sistem. Semakin
tidak teratur suatu sistem maka semakin tinggi entropinya. Kondisi yang
lebih disukai di alam adalah entalpi rendah dan entropi tinggi; dan di
dalam sistem reaksi, entalpi spontan menurun sedangkan entropi spontan
meningkat. Bagi kebanyakn reaksi, pengaruh entropi adalah kecil dan
entalpi yang paling utama menentukan apakah reaksi dapat terjadi secara
spontan. Akan tetapi dalam reaksi jenis tertentu, entropi adalah penting
dan dapat mendominasi entalpi. Berikut ini akan dibicarakan contoh
tentang hal tersebut.
Di
dalam suatu reaksi dalam mana jumlah molekul produk sebanding dengan
molekul reaktannya (contoh, A + B → C + D), pengaruh entropi biasanya
kecil; tapi jika jumlah molekuknya meningkat (contoh, A → B + C), ada
tambahan entropi yang besar karena jika lebih banyak molekul maka lebih
banyak pula kemungkinan susunan dalam ruang. Reaksi dalam mana terjadi
pemecahan molekul menjadi dua atau lebih bagian maka secara
termodinamika lebih disukai karena faktor entropi. Sebaliknya, reaksi
dalam mana jumlah molekul produk lebih sedikit daripada molekul
reaktannya akan memperlihatkan penurunan entropi, dan dalam hal seperti
itu maka harus ada penurunan entalpi yang besar juga untuk mengatasi
perubahan entropi yang tidak diinginkan itu.
Pertanyaan ?
Demi terjadinya reaksi spontan, mengapa energi bebas produk harus lebih rendah daripada energi bebas reaktan?
Pertanyaan ?
Demi terjadinya reaksi spontan, mengapa energi bebas produk harus lebih rendah daripada energi bebas reaktan?
Mengapa variable energi bebas active ΔG harus di tambahkan untuk terjadinya reaksi antara H2 dan O2 untuk menghasilkan H2O?
BalasHapusProfil energi bebas reaksi tanpa spesies-antara di mana produk energy bebas produk lebih rendah daripada energi bebas reaktan,
BalasHapusJika reaksi antara dua molekul atau lebih telah maju ke titik yang berkaitan dengan puncak kurva maka digunakan istilah keadaan transisi untuk posisi inti dan elektron spesies yang ada pada keadaan ini. Keadaan transisi memiliki geometri yang terbatas dan distribusi muatan tapi tidak memiliki keberadaan yang terbatas. Sistem pada titik ini disebut kompleks teraktivasi.
oleh karena itu reaksi antara H2 dengan O2 untuk menghasilkan H2O mempunyai ΔG negatif, tapi campuran H2 dan O2 dapat disimpan pada suhu kamar selama berabad-abad tanpa adanya reaksi yang berarti.
Menurut saya alasannya yaitu Sel Volta (sel galvani) memanfaatkan reaksi spontan (∆G < 0) untuk membangkitkan energi listrik, selisih energi reaktan (tinggi) dengan produk (rendah) diubah menjadi energi listrik. Sistem reaksi melakukan kerja terhadap lingkungan
BalasHapus